Wednesday, November 21, 2007

KAPAN NIKAH ???

Cerita di bawah ini gw dapat dari temen. Bagus banget.
Ini buat hiburan bagi yang single.. (SAN, HIBURAN BUAT YANG SINGLE NIH..)
Jadi nanti kalo ditanya orang, kita udah bisa jawab.. huahahaha...
POKOKNYA prinsip hidup kita masih "BEING SINGLE AND HAPPY" (kayak judul chiklit yah?? :) )
That's the most important thing.. "HAPPY"...
Wakakaka...
Cerita di bawah ini GUE BANGET lohhhhh...
(San gmn? Loe banget juga ga? Kalo June & Cen sih ga udah ditanya lagi deh..)
hehehee...

Let's begin the story :

"KAPAN NIKAH???"
"UDAH, JANGAN MILIH-MILIHLAH! !!"
"JANGAN LAMA-LAMA!!! !"
"JANGAN KEJAR KARIER TERUS DONG!!!"



Tiba-tiba kalimat-kalimat norak diatas jadi sering gue
denger dari orang-orang
disekitar gue... nyebelin banget! dan mungkin banyak
dialamin juga sama sebagian besar dari kalian semua
(sorry buat yg udah punya pasangan hehehhe...)

KAPAN NIKAH????
ya gak tau! emang kenapa sih kalo gue masih pengen
sendiri?
emangnya gue bakalan membuat penipisan lapisan ozon
makin cepat dengan
kesendirian gue.

UDAH JANGAN MILIH-MILIH! !!
Kok jangan milih-milih sih?. MEMILIH ITU PENTING. Pada
saat gue memutuskan
untuk menikah dengan lawan jenis dan bukan sesama
jenis aja. berarti gue sudah
melakukan pemilihan (sadis amat sih contohnya
hehehhehe... .) Pada saat
gue memutuskan untuk menikah dengan si pria A dan
bukan si pria B, berarti gue
sudah melakukan pemilihan. Pada saat gue memutuskan
untuk menikah dengan pria
yang seiman dan bukan yang beda kepercayaan, berarti
gue sudah melakukan
pemilihan. SIAPA BILANG JANGAN MILIH-MILIH.

JANGAN LAMA-LAMA!!!
LHAAAA...emangnya gue si hunter (nama anjing gue) yang
gak bisa ngeliat
doggy betina, langsung dikejar-kejar buat dikawinin.
Dua pribadi yang berbeda
membutuhkan waktu untuk saling mengenal satu sama
lain. Lebih baik menyisihkan waktu lebih lama di waktu pendekatan atau
pacaran daripada mengambil
keputusan gegabah dengan resiko menyesal seumur hidup.


JANGAN NGEJAR KARIER TERUS!!! Gue gak ngejar karier, gue ngejar gajinya
hahahha....nikah itu butuh modal
dan modal itu harus dikumpulin sedikit demi sedikit
bukan jatuh dari langit.
Gue justru ngeri ngeliat temen-temen gue yang
berlomba-lomba nikah, kalo
gue tanya alasannya pasti karena umur, desakan orang
tua yang mulai malu
karena anak gadisnya gak laku-laku, takut dibilang
perawan tua.
Ketakutan-ketakutan itulah yang membuat temen-temen
gue "tutup mata"
terhadap setiap perbedaan yang justru sebetulnya
sangat penting untuk
dipertimbangkan pada masa pacaran apakah memang "gue
itu tulang rusuknya dia" (buat yang cewek)tau apakah
"dia tulang rusuk gue " (buat yang cowok),
mereka punya prinsip yang penting nikah dulu. mereka
dengan gampangnya
berpikir bahwa karakter buruk yang sudah tertanam
selama berpuluh-puluh tahun
didalam diri "sang kekasih" bisa hilang begitu saja
pada saat menikah. Gue tahu
mungkin banyak yang gak setuju dengan pendapat gue,
tapi gue gak
mau menikah hanya karena masalah umur, siapa sih yang
berhak ngasih patokan
umur seseorang untuk menikah? siapa sih yang berani
jamin bahwa
nikah di umur 25 tahun akan lebih bahagia dari yang
nikah di umur 30 atau
lebih?, coba liat di catatan sipil, angka perceraian
paling tinggi terjadi
pada pasangan yang menikah pada umur yang mana (kalo
udah dapet datanya, kasih
tau gue ya, soalnya gue sendiri gak pernah ngecek
hahahahh.... )
Malah menurut gue menikah diusia 30 atau lebih itu
banyak sisi baiknya,
karena disitu biasanya emosi seseorang sudah lebih
stabil, kedewasaan
temperamen sudah mulai terbentuk, persiapan materi
cukup memadai. (materi
itu tetap harus masuk dalam pertimbangan dong, kan gak
bisa bayar listrik
sama bayar telepon pake surat cinta) Gue juga gak mau
menikah karena desakan orang tua atau karena takut
dibilang perawan tua, yang ngejalanin pernikahan itu
kan gue bukan mereka, yang bakalan tanggung semua
resiko kalo ada masalah kan gue bukan mereka,
perkawinan kan bukan tuk dibuat main-main apalagi trus
kawin - cerai. kebayang gak tuh kalo sampe salah milih
bakalan sengsara seumur hidup.

JADI LU GAK PENGEN NIKAH?
gue pasti pengen nikah tapi dengan alasan yang tepat,
gue pengen nikah
karena gue menyadari bahwa hidup ini terlalu berat
untuk dijalani sendirian
ceileee...puitis amat lu), gue pengen nikah karena gue
menyadari gue
membutuhkan seseorang yang bisa saling mendukung dalam
segi spiritual dan
material, gue pengen nikah karena gue butuh menyayangi
seseorang dan butuh
untuk disayangi (hihihihi... jadi malu nih), dan masih
banyak lagi tapi yang
jelas gak bisa ditentuin kapan waktunya, bisa cepet
bisa juga lama, kalo
soal waktu kan terserah sama yang DIATAS.

DON'T PUSH ME TO GET MARRY SOON, LET ME WAIT MY TIME,
CAUSE MY GOD WILL PROVIDE ME THE BEST PERSON WHEN THE TIME COMES

1 comment:

Anonymous said...

Ada banyak alasan kenapa orang ngejomblo. Ada yang karena memang sudah pilihan. Jadi kesempatan sih ada. Kesiapan mental, spiritual dan material juga oke. Cuma ya, nggak mau saja. No way-lah.

Nah, nggak maunya itu bisa karena ingin konsen dengan studi atau karier. Nggak mau diganggu dengan segala urusan tetek dan bengek. Bisa karena ingin total mengabdi panggilan pelayanan. Misalnya, ngurusin anak jalanan, atau pergi ke daerah terpencil dan melayani suku terasing di sana.

Atau bisa juga karena ingin setia menanti cinta "sang tambatan hati". Biar pun doi sudah punya "gandengan" (emangnya truk) alias tidak sendiri lagi. Prinsipnya sebelum "janur melengkung" (merit maksudnya) penantian jalan terus. Bahkan, andaikan pun nanti sang janur akhirnya melengkung juga: "Ku tunggu jandamu!" (kalau cewek, ya "Ku tunggu dudamu!").

Pokoknya, seperti lagunya Meriam Bellina: "Ku tutup pintu hati untuk semua cinta walau batin ini menjerit... hiks!" Lha habis gimana, sudah cinta setengah mati setengah hidup sama die. Nggak bisa pindah ke lain hati.

(Apa pun alasan orang memilih ngejomblo, kita perlu ngehargainya. Ngejomblo atau tidak toh itu hak asasi setiap orang. Hak asasi berarti hak itu diberikan oleh Tuhan karena kita ini manusia. Sama dengan hak untuk hidup, hak untuk diperlakukan secara adil dan beradab, hak untuk dicintai dan mencintai. Jadi, jangan malah sinis atau curiga yang nggak-nggak)

* * * *

Ada juga yang memilih ngejomblo karena trauma. Misalnya, dulu pernah pacaran. Sayang banget sama doi, sampai-sampai segalanya sudah diberikan. Tapi eh, dikhianati. Doi ternyata punya kekasih lain. Sakit sekali. Nyerinya sampai ke sumsum tulang. Serasa digigit seribu ekor nyamuk demam berdarah. Duh! Padahal (ngutip iklan) satu gigitan saja sudah berbahaya. Kapok deh kapok!

Atau, trauma karena ngelihat ortu berantem melulu. Nggak siang nggak malam. Mana berantemnya nggak kira-kira; pakai piring terbang dan makian kebun binatang segala. Sudah gitu, ngelihat teman yang sudah berumah tangga sami mawon. Barantakan pula. Malah sampai cerai. Jadinya takut. Daripada sengsara mendingan ngejomblo. Bisa bebas sebebas burung di udara. (Kita harus bersimpatik dengan orang-orang seperti itu. Hidup dengan trauma tuh nggak enak lho. Mereka adalah korban; korban sesamanya, korban lingkungannya, atau bahkan korban dirinya sendiri. Jadi, mbok ya tolong mereka. Minimal jadilah teman buat mereka. Jangan sampai sikap dan kata-kata kita malah tambah melukai).

* * * *

Ada juga yang ngejomblo bukan karena pilihan, tapi karena keadaan dan kesempatan yang belum klop. Jadi keinginan sih ada. Bahkan besar. Doa dan usaha juga sudah. Cuma ya, belum ketemu yang pas saja.

Nah, belum ketemu yang pas itu bisa karena standar yang ketinggian. Kebanyakan milih. Mikirnya tuh kayak orang mau naik bis. Yang itu kotor, malas ah. Yang ini nggak ada AC-nya, ogah ah. Yang ono sopirnya nggak meyakinkan, nggak mau ah - Ah uh ah uh terus, jadinya nggak naik-naik. Tetap cengo di terminal.

Pengennya yang perfect: cakep (kalau cewek kayak Sophia Latjuba, kalau cowok kayak Ari Wibowo), kaya raya (kayak James Riady), pintar (kayak B.J. Habibie), baik hati dan tidak sombong serta enak kalau di ajak ngobrol (kayak saya hehehe:) - Eit, yang terakhir cuma "ngecap" lho. Habis susah sih cari contohnya. Ntar dikira promosi diri, bisa tambah pengagum. Nggak ku ku deh hehehe :) - Pokoknya yang ideal banget. Ya, nggak nemu-nemu. Jadinya, jomblo terussss.

Bisa juga karena kurang berusaha. Lha, gimana bisa ketemu yang pas kalau diam di rumah terus. Nggak mau bergaul. Ngeharep "doi" nyamperin sendiri. Kucluk-kucluk datang bawa setangkai bunga (segepok "bunga" bank ?) dan bilang, "Hi, it's me. Godain kita dong!" - Ya, ampun! Broer and sus, jodoh nggak turun dari langit lho. Usaha tuh kudu. Minimal buka peluang dong supaya mengenal dan dikenal sebanyak mungkin orang lain.

Caranya? Ya, bergaullah. Ikuti aktivitas muda-mudi, misalnya, gabung dengan klub pencinta alam, atau klub apalah - yang baik, tentunya. Kalau perlu jadi anggota Ijo Lumut (Ikatan Jomblo Lucu dan Imut). Semakin banyak dikenal dan mengenal orang kan semakin besar kemungkinan ketemu yang pas.

* * * *

Tetapi bisa juga nggak ketemu yang pas itu karena "faktor x". Alias blank. Nggak tahu kenapa. Padahal, "modal" sih cukuplah - tampang nggak jelek-jelak amat, karier lumayan, jiwa-raga sehat nggak ada gangguan serius. Doa dan usaha juga sudah lebih dari cukup. Tuntutan standar nggak macam-macam; pokoknya yang penting seiman, sehat jiwa-raga, dan (tentu saja) harus lawan jenis (habis masak sejenis?!). Cuma itu. Tetapi eh, koq ya tetap saja jomblo. Heran!

Begitulah hidup. Nggak semua hal bisa dijelaskan dengan logika. Otak kita terlalu terbatas untuk mengungkap semua realitas. Ada banyak hal dalam hidup ini yang hanya bisa kita terima tanpa reserve. Itulah misteri. Misalnya: kenapa kita lahir di sini, seperti ini dan dari orang tua si Anu? Nggak tahu. Kita hanya bisa menerimanya.

Jomblo juga (kadang-kadang) begitu. Kenapa sampai ngejomblo, nggak selalu bisa dijelaskan dengan logis. Pokoknya entah.

Lalu bagaimana dong?

Kalau suatu keadaan itu memang tidak dapat kita ubah, jalan terbaik - dan sehat pula - ya, kita terima saja. Jalani dengan legowo. Toh gerundelan, menyalahkan diri sendiri, uring-uringan, marah-marah, menyesali habis-habisan, nggak ada gunanya. Selain malah memperburuk keadaan.

Paling "enak" hidup tuh mengalir sajalah. Upayakan yang terbaik apa pun yang harus kita lakukan, selebihnya terserah DIA, Sang Pemilik Kehidupan. Melawan arus hanya akan menimbulkan "riak-riak" gelombang. Kita akan capek sendiri. Buang-buang energi. So, go with the flow, Jomblo!